Senin, 25 Oktober 2010

Ada Kota Solo di China ?


Benteng Vastenburg dilihat dari ketinggian, Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Walau merupakan saksi sejarah perkembangan Kota Solo, Benteng yang dibuat pada tahun 1745 oleh Baron Van Imhoff kondisinya memprihatinkan, selain sudah milik perseorangan, di areal benteng tersebut rencananya akan dibangun hotel oleh pemiliknya.

 "Zaoshang Hao...duoshao qien...," ujar Lee Xindong menanyakan harga topeng klasik Jawa gaya Solo yang terpajang di salah satu sudut paviliun Kota Solo di arena ASEAN-China Expo 2010 di Kota Nanning, China. Lee harus kecewa karena topeng itu tidak dijual.

Meski pameran baru resmi dibuka pada sekitar pukul 10.00 waktu setempat, kesibukan di paviliun Solo sudah tampak sejak malam sebelumnya.

Hingga Selasa (19/10/2010) pagi, beberapa penjaga paviliun tampak sibuk memastikan seluruh ikon Kota Solo tersaji dengan apik, rapi dan menarik. Sebagian lagi memastikan bahwa rangkaian bunga dan pita terpasang baik pada tempatnya, dan lainnya memastikan perangkat sound system berfungi baik.

Pagi itu, Kota Solo akan diresmikan sebagai Kota Pesona atau Charm of City untuk mewakili wajah Indonesia pada arena ASEAN-China Expo 2010.

Tepat pada waktu yang telah ditentukan, Wakil Presiden Boediono didampingi Gubernur Guangxi Mabiao tiba di arena pergelaran dan langsung menuju paviliun Kota Solo.

Tarian merak yang dibawakan oleh empat penari pun menyambut kedatangan dua pejabat tinggi negara tersebut. Alunan gamelan Jawa turut mengalun lembut mengiringi gerak para penari.

Seusai menikmati tarian tersebut, Wapres Boediono pun menyampaikan pidatonya. Ia mengatakan, penyebutan Solo sebagai Kota Pesona sangat tepat mengingat keragaman budaya dan sukunya sangat mewakili wajah Indonesia.

"Solo bahkan layak untuk ikut dalam expo yang sangat dinamis dan beragam ini, serta menyatukan berbagai ragam budaya bangsa," katanya.

Wapres mengungkapkan, Solo telah lama dikenal sebagai kota perdagangan. Para pedagang dari berbagai penjuru berkumpul tanpa memandang latar belakang budaya dan suku.

"Solo adalah kota penuh tradisi yang anggun dan indah," kata Boediono.

Dengan beragam suku dan budaya serta tradisi, Kota Solo bahkan mampu mengatasi berbagai masalah perkotaan.

"Dengan keberhasilan itu, Solo dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dan kota-kota lain di ASEAN," ujar Wapres Boediono.

Seusai berpidato, Wapres Boediono dan Gubernur Guangxi Mabiao menggunting pita sebagai tanda peresmian. Keduanya bersama rombongan masing-masing berkeliling paviliun. Keduanya menyimak tentang seluk beluk Kota Solo yang disampaikan penjaga paviliun.

Di akhir kegiatan, Wapres Boediono menghadiahi Mabiao sebuah topeng klasik Jawa gaya Solo "Gunung Sari" dan keduanya pun mengenakan kalung miniatur topeng klasik Jawa gaya Solo lainnya.

Mancanegara
Jumlah wisatawan mancanegara pada 2009 sekitar satu juta jiwa. Adapun pada 2010, pemerintah daerah setempat menargetkan satu juta lebih wisatawan mancanegara. Namun, berdasarkan data Kementerian Budaya dan Pariwisata, jumlah pelancong asal Tiongkok masih sangat kecil, yakni rata-rata lima hingga sepuluh orang.

Di pameran ASEAN-China Expo yang digelar tiap tahun itu, Solo telah memperkenalkan dirinya, menyapa ribuan pengunjung dari seluruh penjuru negeri Tiongkok, dan negara-negara ASEAN.

Di sisi lain, Indonesia dan China telah menjalin kerja sama pariwisata sejak lama dan membekukannya dalam sebuah nota kesepahaman antara Kementerian Budaya dan Pariwisata Indonesia serta China National Tourism Administration pada 10 Juli 2001.

Tak hanya itu, kedua negara juga telah melaksanakan Komisi Bersama Kerja Sama Pariwisata setiap tahun.

Salah satu implementasi dari kerja sama itu, Indonesia memberlakukan fasilitas Visa on Arrival kepada pelancong asal Tiongkok. Sementara itu, pihak Tiongkok memberikan Approved Destination Status (ADS) bagi Indonesia sebagai daerah tujuan resmi wisatawan China.

Untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara, khususnya China, Indonesia aktif mengikuti berbagai pameran di Negeri Tirai Bambu, seperti Beijing International Tourism Expo, Central China Expo, Shanghai Tourism Festival, dan ASEAN-China Expo.

Upaya itu membuahkan hasil dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan asal China ke Indonesia. Sebut saja pada 2008, tercatat 280.117 wisatawan asal China melancong ke Indonesia atau naik sekitar 42,58 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, pada 2009, tercatat 350.000 wisatawan asal China berwisata ke Indonesia atau naik sekitar 30 persen dibanding 2008. Adapun untuk 2010, Indonesia menargetkan 670.000 pelancong asal China.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yakin, target itu akan tercapai, apalagi, sejak 22 Agustus 2009, telah dibuka tiga jalur penerbangan dari Manado ke tiga kota pusat wisata dan bisnis di China, yakni Xiamen, Chengdu, dan Shanghai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar